Pages

Banner 468 x 60px

 

Tuesday, March 8, 2016

Madrid Manfaatkan Kelengahan Pertahanan Roma

0 comments
Madrid Manfaatkan Kelengahan Pertahanan Roma


Real Madrid kembali menundukkan AS Roma dengan skor 2-0 dalam leg kedua babak 16 besar Liga Champions. Hasil ini membuat Madrid menang agregat 4-0 dan berhak lolos ke babak delapan besar Liga Champions.

Dalam laga yang dihelat di Stadion Santiago Bernabeu, Rabu (9/3/2016) dini hari WIB tersebut, Madrid sebenarnya kesulitan menembus ketatnya pertahanan AS Roma pada babak pertama. Gol Madrid baru tercipta pada menit ke-64 setelah Cristiano Ronaldo sukses memaksimalkan umpan Lucas Vazquez. Empat menit kemudian, James Rodriguez menggandakan keunggulan setelah memaksimalkan umpan Ronaldo.

AS Roma sendiri bukannya tanpa peluang. Edin Dzeko dan Mohamed Salah berulang kali membuat jantung penggemar Madrid berdegup lebih kencang. Namun, bola masih melenceng dan beberapa di antaranya berhasil diselamatkan Keylor Navas yang mengawal gawang Madrid.

Susunan Pemain



Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, tidak bisa menurunkan Karim Benzema karena cedera. Cristiano Ronaldo diturunkan sebagai ujung tombak ditopang Gareth Bale dan James Rodriguez di kedua sisi. Di lini tengah, Casemiro berperan sebagai gelandang tengah, sementara Toni Kroos dan Luca Modric bergerak di kedua sisi.

Di sisi lain, Pelatih AS Roma, Luciano Spaletti, dibuat pusing dengan masih cederanya Daniele De Rossi dan Radja Nainggolan. Spaletti pun menurunkan Miralem Pjanic dan Seydou Keita sebagai poros ganda. Sementara itu, pos gelandang serang dihuni Diego Perotti.

Roma Bermain Rapat




AS Roma tak ingin kecolongan seperti saat dikandaskan Madrid 0-2 di kandang sendiri, Februari silam. Meski tertinggal secara agregat, tapi Spalleti tak menginstruksikan anak asuhnya secara khusus untuk menyerang membabi buta. Sepanjang pertandingan, justru terlihat kalau poros ganda Roma bermain cenderung bertahan.

Apa yang dilakukan Roma menjadi penting karena serangan Madrid begitu mengancam baik dari sisi maupun tengah. Kehadiran Casemiro membuat Kroos lebih leluasa untuk membantu serangan. Dengan Bale dan Rodriguez di kedua sisi, Kroos memiliki banyak opsi dalam melakukan serangan.

Baik Pjanic maupun Keita berusaha bermain rapat dengan lini pertahanan. Sebelum bola mencapai area pertahanan Roma, Pjanic dan Keita mesti menghentikan aliran bola. Selain itu, keduanya pun membuat area kotak penalti Roma menjadi penuh dan memaksa Ronaldo untuk bermain lebih melebar. Ini yang membuat para pemain Madrid kesulitan mengirimkan umpan tepat ke depan kotak penalti Roma.



Hasilnya terlihat pada babak pertama di mana meskipun mampu melepaskan 16 attempts, tapi tak ada satupun peluang Madrid yang berbuah gol. Malah, kalau melihat secara efektivitas, justru empat attemptsRoma pada babak pertama yang jauh lebih mengancam gawang Madrid yang dikawal Keylor Navas.

Berdasarkan whoscored, aksi defensif Pjanic dan Keita justru lebih aktif ketimbang dua bek tengah Roma yang dihuni Kostas Manolas dan Ervin Zukanovic. Pjanic dan Keita masing-masing melakukan dua tekel, sementara Manolas dan Zukanovic tak sekalipun melakukannya. 

Dari grafis di atas pun terlihat pada babak pertama Madrid kerap memindahkan bola ke kedua sisi saat sampai di depan kotak penalti. Kehadiran Pjanic dan Keita menjadi alasan mengapa Madrid kesulitan memaksimalkan peluang.

Mengandalkan Dzeko dan Salah



Saat menyerang, praktis Roma mengandalkan kecepatan Mohamed Salah dan ketajaman Edin Dzeko. Serangan Roma bermula saat mereka berhasil menahan serangan Madrid. Bola pun segera dikirimkan menuju Salah yang biasanya sudah menunggu di tengah lapangan.

Dari grafis di atas terlihat bagaimana umpan-umpan yang diterima Salah, didominasi oleh umpan panjang dari area pertahanan Roma. Saat menyerang, Salah dibantu Alessandro Florenzi yang punya kecepatan dan kemampuan mengontrol bola yang baik.

Sepanjang pertandingan, Salah mengirimkan tiga umpan kunci dan empat umpan silang, sementara Florenzi mengirimkan tiga umpan silang. Florenzi dan Salah menjadi motor serangan Roma dalam pertandingan tersebut. Peran keduanya begitu menonjol dalam serangan Roma. Pada babak pertama, setidaknya terdapat dua peluang terbuka yang dimiliki Roma atas nama Salah dan Edin Dzeko. Namun, kedua peluang tersebut menyamping.

Sepanjang pertandingan, Roma “hanya” melepaskan 12 attempts dan empat di antaranya mengarah ke gawang. Ini tentu jauh jika dibandingkan Madrid yang melakukan 37 kali attempts dan sembilan di antaranya mengarah ke gawang. Namun, kalau melihat efektifitas attempts tentu Roma lebih unggul. Sayangnya, tidak ada satupun gol yang tercipta dari sejumlah peluang tersebut.

Hilangnya Peran El Shaaraw



Salah satu pemain yang punya peran penting di kubu Roma adalah Diego Perotti. Ia melepaskan tiga umpan kunci dan 11 kali umpan silang. Namun, pergerakan Perotti kerap terlambat saat membantu serangan balik. Perotti pun justru lebih sering terlihat ada di sayap kiri.

Di sinilah yang menjadi persoalan.Roma berulang kali melakukan serangan, namun justru putus di tengah jalan. Dengan memaksimalkan satu sisi, praktis tak ada bantuan dari lini kedua yang fokus dalam bertahan. Di sisi lain, Perotti justru bergerak ke sisi kiri, padahal mestinya ada Stephan El Shaarawy yang mengisi pos tersebut.

Peran El Shaarawy memang tidak begitu menonjol, meskipun ia mampu melepaskan dua kali attemps. El Shaarawy kerap berada pada posisi yang tanggung: tidak di area penyerangan, tidak pula rapat dengan Lucas Digne. Ini yang pada akhirnya membuat Perotti bergeser ke sisi sehingga perannya sebagai gelandang serang menjadi tidak maksimal.




Tentu sulit menembus pertahanan Madrid yang dihuni Marcelo, Sergio Ramos, Pepe, dan Danilo, yang hampir jarang meninggalkan posnya. Mereka bermain padu sehingga sejumlah serangan Roma berhasil dipatahkan. Belum lagi aksi defensif Casemiro yang terbilang cemerlang dengan melakukan tujuh kali tekel, dua intercept, dan empat sapuan.

Kala menyerang, Salah mestinya punya opsi lain dengan memindahkan bola ke sisi kiri. Namun, hal tersebut justru urung terjadi karena absennya El Shaarawy. Ini juga bisa terlihat dari kontribusi secara tim. Sepanjang 74 menit ia bermain, El Shaarawy cuma melepaskan 15 umpan atau yang paling sedikit dalam pertandingan tersebut setelah Maicon yang masuk pada menit ke-85.

Saat menyerang, Shaarawy lebih banyak terlambat. Kala bertahan pun Shaarawy tak terlihat begitu padu dengan Lucas Digne. Sayangnya, Spalletti justru masih membiarkan Shaarawy berkeliaran hingga menit ke-74, saat Roma sudah tertinggal 0-2.Padahal, dengan kondisi seperti itu, sulit bagi Francesco Totti yang masuk menggantikan El Shaarawy untuk membuat perbedaan.

Memanfaatkan Kesalahan

Real Madrid sejatinya tidak membombardir Roma. Empat bek Madrid justru lebih sering menunggu di lini pertahanan yang menyulitkan serangan Roma.

Sepanjang pertandingan, Madrid melepaskan 37 attempts yang sembilan di antaranya mencapai target. Salah satu alasan dari banyaknya peluang Madrid adalah mudahnya Toni Kroos dan kolega dalam mematahkan serangan Roma. Saat serangan Roma mentah, mereka pun dengan mudah mengirimkan bola ke lini serang.

Hal ini terus berlanjut sampai babak kedua. Namun, gol belum juga terjadi hingga pertengahan babak kedua. Selain padatnya area di depan kotak penalti Roma, juga karena Ronaldo yang bergerak ke sisi untuk membuka ruang dan melepaskan kawalan.

Pada menit ke-61, Zidane menurunkan Lucas Vazquez menggantikan Gareth Bale. Pergantian ini berarti banyak buat serangan Madrid. Vazquez menggantikan Bale yang beroperasi di sayap kiri. Namun, Vazquez justru beroperasi di sisi kanan, James Rodriguez berada di sisi kiri, sementara Kroos dan Modric berada di belakang Ronaldo.



Pada gol pertama Madrid, terlihat kalau Ronaldo tepat berada di depan gawang Roma. Ini memudahkan Vazquez mengirimkan umpan silang pada Ronaldo yang menyelesaikannya menjadi gol.

Dari proses gol di atas terlihat pertahanan Roma justru tidak siap dengan umpan yang dikirimkan Vazquez. Hal ini tentu jarang terlihat pada babak pertama.



Gol pertama Madrid tidak membuat pertahanan Roma bertambah kuat; justru sebaliknya. Performa William Vainqueur pun tidak lebih baik dari apa yang ditunjukkan Pjanic. Roma pun menjadi lebih sering memegang bola yang membuat mereka justru kecolongan.

Hanya butuh empat menit bagi Madrid untuk menggandakan keunggulan. Ronaldo yang mendapatkan umpan hasil serangan balik, mengirimkan umpan kepada James Rodriguez yang berlari di sampingnya. Dengan sudut sempit, James Rodriguez berhasil menambah pundi-pundi gol Madrid.

Kesimpulan

Pada babak pertama, AS Roma mampu menghadapi tangguhnya agresivitas serangan Madrid. Pertahanan Roma begitu rapat sehingga membuat Madrid kesulitan mencetak gol.

Namun, cederanya Pjanic yang diganti Vainqueur membuat lini tengah Roma menjadi tidak stabil. Selain itu, pada babak kedua, Roma mengambil alih penguasaan bola yang justru menjadi bumerang.

Dimasukkannya Vazquez menjadi kunci kemenangan Madrid. Hal tersebut membuat Ronaldo lebih fokus bermain di tengah, sehingga umpan-umpan dari kedua sisi bisa sampai ke arahnya.

Kekalahan ini membuat Roma gagal melaju ke babak selanjutnya. Namun, dengan permainan seperti itu, mestinya Roma bisa lebih bersaing utamanya di liga.

====
# Agen Domino
# BeritaTerbaruDetik@blogspot.com

0 comments:

Post a Comment